Muda, Pecinta Sastra dan Berdedikasi, Gayuh R. Saputro membawa Anugerah Sutasoma yang baru diterimanya |
Menghargai hasil karya adalah sesuatu hal yang sangat penting. Dari hasil karya dan sastra, disitulah identitas bangsa bisa terdeteksi. Merupakan suatu ciri khas yang tak mungkin bisa terpisahkan khususnya kepada masyarakat di tanah jawa.
Seperti yang dihelat oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Perhelatan acara Anugerah Sutasoma pada Kamis, 21 Oktober 2021, pukul 09.00—12.00 di Hotel Bumi Surabaya, Jalan Basuki Rahmat, Surabaya. Acara tersebut merupakan program Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur memberi penghargaan kepada kalangan yang berjasa dan berdedikasi dalam bidang kesusastraan Indonesia dan daerah di Jawa Timur.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur adalah unit pelaksana teknis (UPT) Badan Pengembangan Bahasa dan Pebukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk wilayah Jawa Timur. Setiap tahun lembaga kebahasaan dan kesusastraan yang berkantor di Jalan Siwalanpanji II/1, Buduran Sidoarjo itu menganugerahkan penghargaan terhadap para penulis, penggiat sastra, dan guru bahasa/sastra di Jawa Timur yang menunjukkan eksistensi, dedikasi, dan kualitas pada bidangnya. Acara tahun ini menghadirkan undangan terbatas, yaitu 50–70 orang, meliputi para sastrawan, seniman, akademisi, penggerak seni dan sastra, dan guru di Jawa Timur.
Penerima Anugerah Sutasoma 2021 |
Dalam Anugerah Sutasoma, terdapat tujuh kategori anugerah yang namanya mengambil dari mahakarya pujangga pada masa Kerajaan Majapahit, berjudul Sutasoma karya Mpu Tantular, dan di dalamnya terdapat semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Disela jalannya acara Anugerah Sutasoma, juga diramaikan dengan pentas seni dan sastra dari para penerima penghargaan. Ada pembacaan puisi, pembacaan bagian novel, pertunjukan geguritan, musikalisasi puisi, dan orasi budaya. Selain itu, acara juga diramaikan dengan unjuk kebolehan pentas drama dari The Nine Theatre Vision (SMKN 12 Surabaya).
Melalui penyampaiannya, Dr. Asrif, M.Hum., kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur menjelaskan, sejumlah tujuh kategori tersebut adalah kategori sastrawan berdedikasi, kategori komunitas sastra terbaik, kategori buku sastra terbaik dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah, kategori buku kritik sastra terbaik, dan kategori dua guru dari bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang berdedikasi. Masing-masing mendapatkan penghargaan berupa piagam dan uang tunai.
Dewan juri Anugerah Sutasoma 2021 terdiri atas akademisi dan sastrawan. Mereka adalah Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. (Guru Besar Sastra Universitas Negeri Malang), Prof Dr. I.B. Putera Manuaba, M.Hum. (Guru Besar Sastra Universitas Airlangga), Dr. M. Shoim Anwar, M.Pd. (Sastrawan dan dosen Universitas Adi Buana Surabaya), dan Mashuri, M.A. (Sastrawan dan peneliti sastra Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur).
Disisi lain, ketua panitia Anugerah Sutasoma 2021, Yulitin Sungkowati, M.Hum., menjelaskan bahwa teknis dan sifat Anugerah Sutasoma memang berbeda dengan sayembara. Anugerah tersebut memang didesain sebagai penghargaan. Adapun dalam penghargaan yang aktif adalah panitia di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
Dirinya sebagai pihak panitia yang proaktif untuk mengumpulkan karya dan menelusuri sepak terjang sastrawan dan penulis di Jawa Timur dalam kurun waktu tertentu. "Namun, panitia lebih menyukai para penulis di Jawa Timur yang aktif mengirimkan karyanya ke kami karena otomatis akan dinilai.Diharapkan gelar Anugerah Sutasoma dapat semakin menyemarakkan kehidupan sastra, seni dan budaya di Jawa Timur." Jelasnya.
Inilah nama-nama peraih Anugerah Sutasoma untuk tahun 2021.
1. Kategori sastrawan berdedikasi: Widodo Basuki (sastrawan Jawa, penggiat PPSJS/Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, dan redaktur majalah berbahasa Jawa, Jaya Baya)
2. Kategori karya sastra berbahasa Indonesia terbaik: novel Anwar Tohari Mencari Mati karya Mahfud Ikhwan (sastrawan dari Lamongan).
3. Kategori karya sastra berbahasa daerah terbaik: antologi geguritan Mabur saka Swarga karya Mas Gampang Prawoto (sastrawan Jawa dan penggiat PSJB/Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro)
4. Kategori komunitas sastra terbaik: Bengkel Muda Surabaya (komunitas dari Surabaya).
5. Buku kritik sastra terbaik: Tuhan dan Manusia-Abdun karya A. Syauqi Sumbawi (Sastrawan dari Lamongan)
6. Kategori guru Bahasa Indonesia berdedikasi: Kusprihyanto Namma (MAN 1 Ngawi)
7. Kategori guru Bahasa Daerah berdedikasi: Gayuh Risdian Saputro (SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
Gayuh Risdian Saputro, menerima Anugerah Sutasoma sebagai Guru Bahasa Daerah Berdedikasi |
Dikonfirmasi media, Gayuh Risdian, penerima anugerah guru Bahasa Daerah berdedikasi menyampaikan, "Kabar yang menggembirakan tentunya mendapat apresiasi semacam ini. Tidak diduga sebelumnya ya. Karena, kategori ini di tahun sebelumnya mengingat saya masih baru di kancah pendidikan Bahasa Jawa, rata-rata, kemarin yang menerima adalah beliau yang sudah pegawai negeri dan sudah senior tentunya mereka sudah memiliki banyak pengalaman. Dibanding saya tentunya njegleg (terpaut jauh, red)." Urai Gayuh.
Menurut mantan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, Universitas Negeri Surabaya angkatan 2010 ini, ia mengikuti dan tertarik pada acara ini sejak 2019. "Tahun 2015 itu sudah ada penghargaan tapi tidak sebanyak ini ya. Alhamdulillah sekarang sudah ada penambahan kategori lagi ditahun 2015. 2017 kalau tidak salah perubahannya menjadi nama anugerah Sutasoma. Track recordnya tentunya mereka yang menerima adalah orang luar biasa dan tidak mudah." Urainya lagi.
Ditanya mengenai harapan untuk anugerah yang diterimanya, ia menjawab dengan gamblang. "Kelanjutannya semoga saya tidak hanya menerima penghargaan saja. Saya ingin konsisten, bermotivasi untuk membina bahasa dan sastra jawa di Ponorogo ini serta memberikan motivasi teman-teman sejawat di MGMP supaya peduli dengan perkembangan bahasa dan sastra jawa di sekitar kita." Pungkasnya.(Sw/Ny)
COMMENTS