![]() |
Selain menjadi ikon budaya baru, proyek monumen Reog juga menjadi pemicu mengalirnya sejumlah program dan anggaran dari Pemerintah Pusat ke wilayah tersebut |
Ponorogo – Proyek pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) di Kecamatan Sampung, Ponorogo, mulai menunjukkan efek ganda yang positif. Selain menjadi ikon budaya baru, proyek ini juga menjadi pemicu mengalirnya sejumlah program dan anggaran dari Pemerintah Pusat ke wilayah tersebut.
Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu (PPKT) serta program Instruksi Presiden Jalan Daerah (IJD). Program-program ini diarahkan untuk memperkuat konektivitas infrastruktur dan menata kawasan sekitar monumen agar siap menjadi destinasi wisata unggulan.
![]() |
Program-program ini diarahkan untuk memperkuat konektivitas infrastruktur dan menata kawasan sekitar monumen agar siap menjadi destinasi wisata unggulan. |
Penataan Lingkungan dan Infrastruktur
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Ponorogo, Jamus Kunto Purnomo, menyebutkan bahwa penataan kawasan pendukung MRMP telah rampung pada akhir 2024. Beberapa fasilitas yang dibangun antara lain jalan paving, drainase, sistem pengolahan air limbah komunal, jaringan air minum, serta tempat pembuangan sampah dengan sistem 3R (reduce, reuse, recycle).
“Lingkungan sekitar monumen kini lebih tertata, jalannya rapi, lingkungannya bersih, dan kawasan permukiman jadi lebih hidup karena adanya pasar serta aktivitas ekonomi warga. Penataan ini bersifat tematik dan holistik,” ujar Jamus, Jumat (20/6/2025).
Untuk mendukung penataan tersebut, Pemerintah Pusat telah mengucurkan anggaran DAK Tematik PPKT tahun 2024 sebesar Rp 10,6 miliar dari APBN.
Fokus Drainase dan Peningkatan Jalan
Tahun 2025 ini, Pemkab Ponorogo akan melanjutkan pekerjaan yang tersisa, salah satunya adalah penyempurnaan sistem drainase di sekitar Pasar Sampung. Pekerjaan tersebut menggunakan saluran pracetak jenis U-ditch agar proses pengerjaan lebih cepat dan efisien.
“Cukup dua bulan bisa selesai. Tidak perlu menyusun batu satu per satu seperti drainase konvensional. Cukup gali, pasang, lalu tutup,” jelas Jamus.
Sementara itu, untuk tahun 2026, DPUPKP telah menyiapkan proposal pengajuan program IJD guna peningkatan jalan strategis yang menunjang akses menuju MRMP. Jalan-jalan utama dari luar wilayah menuju kawasan ini sudah terkoneksi dengan baik, termasuk jalur Sampung-Parang, Pohijo-Sampung, dan Sampung-Bangunrejo-Danyang-Mlilir yang menghubungkan Ponorogo dan Madiun. Dari pusat kota Ponorogo, akses bisa ditempuh lewat jalur Somoroto-Ngambakan yang sudah diperlebar dan diaspal.
“Kalau bicara jalan, maka kita bicara konektivitas. Infrastruktur jalan harus prima saat monumen resmi difungsikan agar wisatawan merasa nyaman,” tegasnya.
Dorong Sektor Jasa dan Pariwisata
Lebih dari sekadar pembangunan fisik, proyek MRMP juga diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Jamus menekankan pentingnya kebangkitan budaya, pemberdayaan masyarakat, dan transformasi ekonomi menuju sektor jasa dan pariwisata.
“Penataan kawasan ini bukan semata estetika dan fungsi, tapi juga menciptakan dampak ekonomi jangka panjang. Dengan PDRB Ponorogo yang masih dominan di sektor pertanian, kita dorong pariwisata agar naik kelas. MRMP bisa menjadi daya tarik yang menggerakkan sektor tersebut,” pungkasnya.(Sw/Ny/ Humas/ Adv)
COMMENTS